A.
Pengertian Sensitometri
Sensitometri adalah metode yang
digunakan untuk mengukur karakteristik respon film terhadap radiasi baik dari
cahaya tampak atau sinar X. Caranya film diekspose dengan sinar X atau
cahaya tampak dengan nilai eksposi tertentu untuk menghasilkan serial densitas,
kemudian film di proses dan hasil densitasnya diukur dengan densitometer dan
dibuat sebuah kurva yang dikenal dengan kurva karakteristik.
Sensitometry adalah sebuah pengukuran kuantitatif dari respon film x-ray
saat diekspose dan saat processing. Kuantifikasi seperti kualitas gambar sangat
penting, karena memungkinkan kita untuk memonitor perubahan variabel radiografi
dan mendiagnosa masalah peralatan jauh sebelum mereka menjadi cukup buruk untuk
menyebabkan paparan yang berulang kepada pasien. Ketika eksposur dan processing
yang dipastikan konsisten, pemantauan sensitometric akan menunjukkan perubahan
karakteristik dari film yang digunakan atau perubahan dalam sistem reseptor
secara keseluruhan. Ketika film, layar dan saat eksposur dijadikan sebagai
pemantauan, konstan sensitometric akan menunjukkan perubahan pada saat
processing. Peralatan Sensitometric jauh lebih sensitif dibandingkan mata
manusia, sehingga cenderung pada saat processing dapat dideteksi dan dikoreksi
sebelum mereka menciptakan perubahan yang terlihat dalam kualitas radiografi.
Pengukuran Sensitometric terbatas pada fungsi visibilitas dari gambar: densitas,
kontras, dan noise dalam bentuk fog. Ketiga kualitas ini tercermin dalam grafik
respon densitas sebuah film untuk eksposur. Kami sebut sebagai kurva
karakteristik, kurva sensitometric, atau H dan D kurva (dinamakan setelah
Hurter dan Driffield yang mengembangkannya untuk analisis fotografi), grafik
ini dapat diproduksi dengan mengekspos film dan menentukan tingkat kepadatan
terhadap berbagai logaritma dari berbagai tingkat eksposur yang menghasilkan
itu.
Sebuah
paparan yang dikendalikan
diperlukan untuk
sensitometry.
Ada tiga metode
untuk mendapatkan
eksposur yang sesungguhnya.
Metode
paling sederhana dan paling
mahal
adalah dengan menggunakan
penetrometer
stepwedge
dan
eksposur media.
Langkah-langkah
pada gambar
masing-masing
diukur pada
densitometer
dan
diplot pada
kertas grafik.
Kerugian
utama untuk
teknik ini
adalah bahwa hasil
dapat dipengaruhi oleh
variasi dalam
eksposur
yang disebabkan
oleh fluktuasi
listrik di
mesin x-ray.
Untuk hasil,
semua variabel tersebut harus
dihilangkan
kecuali yang
diteliti
(biasanya karakteristik
film atau saat processing).
Sensitometer
ini dikembangkan
untuk menghilangkan
variabel
paparan
di
sensitometry.
Sensitometer
adalah perangkat
paparan cahaya
yang secara otomatis menyesuaikan
perubahan
arus listrik
untuk memastikan bahwa setiap
eksposur
yang dibuat seragam.
Hal ini sudah diatur
untuk selalu
memberikan
jumlah cahaya yang sama
untuk
film.
Jika ada
penurunan
arus listrik,
peredupan
cahaya yang dipancarkan,
maka akan memperpanjang
waktu bukaan
sampai jumlah
yang tepat dari
serangan
cahaya
film.
Film
x-ray
akan ditempatkan di
sensitometer
dengan
cara yang sama seperti
kaset.
Ketika tombol
eksposur
ditekan,
lampu
merah menunjukkan
bahwa paparan
berlangsung.
Setelah lampu
ini
dipadamkan
film ini
dihapus
dan diproses.
Ia
menghasilkan
gambar yang
sama dengan yang
diperoleh dari
stepwedge,
tetapi
pengukuran yang dilakukan
jauh
lebih handal.
Metode ketiga
untuk mendapatkan
eksposur
sensitometry
adalah dengan menggunakan
strip sebelum expose.
Strip film
ini
disusun
oleh produsen
yang hanya
disimpan dalam
bin
film dan
berjalan melalui
prosesor
bila diperlukan.
Hal ini menghilangkan kebutuhan
untuk
sensitometer,
tetapi harus
dipertimbangkan
bahwa jika
strip
disimpan dalam
bin
film untuk
periode waktu yang
lebih lama dari
kotak
biasa
dari film
disimpan,
mereka mungkin menumpuk
tingkat fog yang berlebihan
dari usianya
dan paparan
safelight
dan
maka
tidak akan
dapat diandalkan
sebagai indikator
untuk saat ini.
B.
Fungsi Sensitometri
1.
Menilai speed
relatif dari film sinar-x, misalnya menggunakan screen film atau
tidak, sebagai koreksi terhadap eksposi.
2.
Untuk menilai
karakteristk film pada kondisi tertentu.
3.
Untuk
mengevaluasi teknik factor eksposi, dan intensifying screen.
C.
Karakteristik Film
1.
Resolusi (Resolution)
Resolusi adalah
kemampuan untuk mengakuratkan antara gambaran dengan obyek. Resolusi biasa disebut juga dengan detail, ketajaman dan daya urai (resolving
power).
2.
Kecepatan
(Speed)
Kecepatan (speed)
adalah kecepatan atau besarnya kemampuan emulsi film dalam merespon sejumlah
cahaya. Nilai speed
dipengaruhi oleh ukuran kristal perak halida dan tebalnya. Makin besar kristal maka makin cepat kecepatan (speed) film
tersebut. Film dengan kecepatan (speed) rendah memerlukan faktor eksposi
yang besar, sedangkan film dengan kecepatan (speed) yang tinggi memerlukan
faktor eksposi yang kecil.
3.
Kontras
Kontras film
adalah banyaknya warna kehitaman (densitas) yang membedakan antara densitas
minimum dan densitas maksimum. Adapun rentang densitas yang biasa digunakan dalam bidang radiografi adalah
antara 0,25 - 2,00.
4.
Latitude
Latitude film
adalah respon emulsi film terhadap rentang perbedaan nilai eksposi yang disebut
juga dengan eksposi. Nilai latitude film ini berbanding terbalik dengan kontras
film. Bila nilai latitude besar maka kontras akan rendah. Sedangkan bila nilai
latitude kecil maka kontrasnya akan tinggi.
D.
Seri Eksposi dengan Dua Cara
1.
Time Scale Sensitometry
Kv, mA tetap yg berubah s
2.
Intensity Scale Sensitometry
-
dengan step wedge/penetrometer
-
dengan sensitometer
Persiapan Alat
1.
Metode Time
Scale Sensitrometry
-
Pesawat
sinar X
-
Film ukuran
24 x 30 cm plus kaset
-
Timbal
penutup lapangan penyinaran
-
Densitometer
-
Processing
-
Kertas dan
alat tulis
2.
Metode
Intensity Scale Sensitometry
a.
Dengan menggunakan stepwedge
-
Pesawat
sinar X
-
Stepwedge
-
Kaset dan film
ukuran 24 x 30 cm
-
Processing
-
Kertas dan
bolpoint Koin sbg penanda batas
b. Dengan menggunakan sensitometer
-
Sensitometer
-
Film ukuran
18 x 24
-
Densitometer
-
Kertas
sensitometric data sheet Processing
Prosedur Pengujian
1.
Metode Time
Scale Sensitrometry
·
Siapkan
kaset ukuran 24 x 30 cm yang telah terisi film.
·
Kaset
diletakkan di atas meja pemeriksaan untuk dilakukan eksposi.
·
Buat 10 kali
serial eksposi dengan Kv tetap (40) dan mA tetap (100) sedangkan s berubah. Nilai mAs yang di peroleh adalah 1, 2, 4, 8, 15, 30, 60, 100, 200, dan 300.
·
Setiap kali
eksposi, lebar lapangan diatur berkisar 1-3 cm dam dibuat berurutan dati 1-10.
·
Setelah
kesepuluh ekspose kemudian dibuat satu kali ekspose dengan film ditutup timbal,
sehingga akan dihasilkan 11 serial ekposi.
·
Film dicuci
secara standar, suhu dan waktu eksposi dicatat.
·
Setelah kering
hasil dari masing-masing eksposi diukur densitasnya dengan densitometer.
·
Basic fog
diukur pada daerah film yang dieksposi yang ditutup timbal.
·
Setelah itu
dibuat tabel tentang eksposi, densitas yang dihasilkan dan nilai lognya.
·
Plotting
kurva pada kertas millimeter atau sensitometric data sheet berdasarkan hasil
pengukuran di atas. Kemudian
dibuat kurva, sumbu vertikal adalah densitas dan sumbu horizontal adalah log
relative eksposure.
2.
Metode
Intensity Scale Sensitometri
a.
Dengan menggunakan stepwedge
·
Siapkan
kaset 24 x 30 yang telah terisi film.
·
Letakkan
stepwedge diatas kaset.
·
Atur
sentrasi pada pertengahan stepwedge.
·
Luas
lapangan penyinaran diatur secukupnya.
·
Buat 4 kali
exposi dengan kV tetap(45) dan mAs berubah yaitu 4,8,12,16.
·
Tiap kali
exposi, daerah yang tidak ingin terkena exposi ditutup luth timbal.
·
Setelah
selesai, film diproses dalam kamar gelap.
·
Setelah
kering, film diukur densitasnya dengan densitometer.
·
Buat tabel
seperti diatas, sumbu vertikal merupakan densitas dan sumbu horizontal
menunjukkan step.
·
Plotting
kurva.
b.
Dengan menggunakan sensitometer
·
Proses
dengan sensitometer dilakakukan di kamar gelap.
·
Keadaan
dikamar gelap benar-benar gelap atau lampu pengaman safety light dimatikan.
·
Ambil
selembar film, kemudian film tersebut dieksposi dengan menggunakan
sensitometer.
·
Kemudian
film dicuci dengan suhu dan waktu standar.
·
Setelah
kering dicatat densitas masing-masing step (2x).
·
Plotting
kurva karakteristik dengan sensitometric data sheet.
E.
Kurva Karakteristik
Kurva
karakteristik merupakan kurva grafik yang memperlihatkan hubungan antara
sejumlah eksposi dengan hasil densitas pada film. Kurva ini pertama kali ditemukan oleh Hurteen dan Drifield pada tahun 1890. Maka dari situlah kurva ini biasanya disebut dengan kurva H
dan D atau biasanya juga disebut kurva D log E. Bentuk kurva tergantung dari cara membuat film, penyimpanan dan
pengolahannya. Kurva
karakteristik terdiri dari empat bagian yaitu:
1. Tingkat
Kabut (A-B)
Tingkat kabut merupakan daerah dengan densitas rendah. Densitas hampir tak tergantung dari eksposi. Sebagian besar dari
penghitaman yang timbul dikarenakan oleh sebab yang tidak berhubungan dengan
eksposi, misalnya karena penyerapan cahaya oleh lapisan film, terutama pada
lapisan dasar (base). Densitas awal (fog level) selalu ada,
meskipun telah disinar dengan sejumlah radiasi tertentu dan ditambah dengan
densitas yang ada dari hasil eksposi tersebut. Daerah penghitaman atau densitas
awal ini digambarkan sebagai garis horisontal (A-B).
2. Daerah Jari
Kaki (toe)
Densitas di daerah ini lebih besar sedikit dari tingkat kabut dan
menunjukkan efek eksposi dan disebut dengan eksposi ambang. Pada daerah ini
densitas naik secara perlahan dari 0,1 pada B sampai sekitar 0,4 pada C.
Rentang densitas ini menunjukan daerah terang dari radiografi.
3. Daerah Garis
Lurus (Stright line)
Bagian ini adalah daerah yang terpenting dari film radiografi. Dalam jangka
waktu eksposi ini densitas berbanding lurus dengan log eksposi yang berarti
perkalian eksposi dengan faktor yang sama akan menambah densitas dengan jumlah
yang sama.
4. Daerah Bahu
(Shoulder) (D - E)
Pada daerah D ini merupakan daerah yang mempunyai densitas maksimum dari
film radiografi.
5. Daerah
Solarisasi (E)
Daerah E dan seterusnya merupakan daerah solarisasi yang apabila diberi
eksposi akan menyebabkan penurunan densitas film.
a.
Cara Pembuatan Kurva
1.
Eksposi dan Processing Film
Mengukur densitas yang
dihasilkan.
2.
Plotting Kurva
b.
Teknik Membaca Kurva
Karakteristik
1.
Ketebalan dasar film (base
film thickness)
Untuk
mendapatkan nilai ini, sebaiknya tidak mencuci film dengan developer. Karena
penghitaman pasti akan ada disebabkan karena banyak faktor. Biasanya jika ingin
mengukur kehitamannya maka film dimasukkan langsung ke dalam fixer, sehingga
terjadi clearing total dan akan menambahkan densitas sebesar 0.05 - 0.1 dalam
bentuk fog density RR. Charlton, (1992). Menurutnya nilai OD dari ketebalan
dasar film besarnya berkisar 0.05 - 0.1, sedangkan menurut VD. Plats (1996)
tidak lebih dari 0.06 OD sedangkan untuk blue base mencapai 0.2 OD. Tetapi
nilai ini dalam aplikasinya tidak dihitung tersendiri, melainkan disatukan
dengan basic fog (fog dasar).
2.
Basic Fog (basic plus fog)
Untuk
mendapatkan nilai ini, biasanya pada lapisan ini benar-benar dihindari terjadinya eksposi akibat sensitometri. Sehingga jika kita menggunakan step
wedge maka ada blok dengan timbal. Dan ketika sedang memproses sebaiknya tidak menggunakan safe light. Nilai
toleransi yang diperkenankan antara 0.10 dan tidak boleh lebih dari 0.22
(Charlton, 1992).
3.
Daerah Toe (tumit)
Pada daerah ini
film dipengaruhi oleh phenidone, dan di sini awal terjadinya proses
pembangkitan film radiografi. Saat ini film mengalami peningkatan densitas.
4.
Daerah Straight Line (garis lurus)
Daerah ini juga
disebut gamma film. Ini merupakan garis lurus kurva antara toe dengan shoulder.
Daerah ini dinamakan garis lurus, karena film bekerja secara progresif linier
dalam daerah yang luas. Nilai OD pada awalnya berkisar 0.25 sampai 0.5 dan
daerah tingginya berkisar 2.0 - 3.0 OD. Menurut Charlton (1992) daerah ideal
yang biasa digunakan pada radiodiagnostik (useful range density) adalah
berkisar 0.5 - 1.25 sedangkan menurut Chesney (1984) sebesar 0.25 - 2.0, daerah
yang sulit dianalisis yaitu 2.5 - 3.0, sedangkan daerah yang tidak terkena
ekposi total adalah 2.3 - 3.0.
5.
Daerah Shoulder
(bahu)
Daerah ini
dinamakan bahu karena bentuknya seperti bahu yang landai. Daerah ini berakhir
pada daerah solarisasi.
6.
Daerah D-Max
(densitas maksimal) atau puncak
Daerah ini
merupakan suatu titik balik, yaitu perilaku film yang densitasnya bertambah
kemudian membalik menjadi kecil. Menurut Charlton (1992) pada daerah ini film
telah mendapat eksposi yang banyak (sesuai kapasitas film), sehingga ion perak
halida sudah terpenuhi dengan maksimal, sehingga sudah tidak dapat menerima
sejumlah elektron lagi. Dan seandainya
eksposi (elektron) ditambahkan, maka yang terjadi pelepasan elektron dari perak
halida.
7.
Daerah Solarisasi
Yaitu merupakan daerah anti klimaks, ketika penambahan-penambahan
sejumlah emulsi justru akan menyebabkan penurunan jumlah densitasnya.
c.
Analisis Kurva Karakteristik
1.
Daerah kabut (fog): A ↔ B
a)
Tidak tergantung dari besarnya eksposi.
b)
Tergantung dari penyimpanan film.
c)
Densitas dari base film.
d)
Di atas densitas fog densitas akibat eksposi.
2.
Daerah tumit (toe): B ↔ C
a)
Daerah eksposi ambang.
b)
Daerah terang (opasitas).
c)
Daerah awal terjadinya penghitaman akibat eksposi.
d)
Besarnya: 0,1 – 0,4.
3.
Daerah garis lurus (straight line): C ↔ D
a)
Daerah signifikan dari film radiografi.
b)
Densitas berbanding lurus dengan eksposi.
c)
Kemiringan kurva (slope).
d)
Perbedaan densitas maksimum dari eksposi yang berbeda
gamma film
4.
Daerah bahu (shoulder): D ↔ E
a)
Daerah sangat hitam D = 3 – 4.
b)
Daerah radiografi paru.
c)
Daerah kelebihan eksposi
F. Kehitaman (Densitas)
D =
Io =
intensitas cahaya mula-mula.
It =
intensitas cahaya pada tempat yang sama setelah melewati film.
Contoh:
Bila Io =
1000; It = 10
Maka
D = Log 1000
10
= 2
G. Kontras Film (C) (1)
Merupakan
nilai perbedaan derajat kehitaman. Faktor yang mempengaruhi :
·
Perbedaan koefisien atenuasi bahan ()
·
Ketebalan bahan. (d)
·
Kemiringan kurva karakteristik film (gamma film)
C = D2 – D1
=
gamma. (Log E2 – Log E1)
H. Gamma Film ()
Disebut
juga Kemiringan
kurva. Perbedaan densitas maksimum dari eksposi yang berbeda. Untuk film
radiografi nilainya = 4
Gamma ()
nilainya:
=
D2 – D1
Log E2 – Log E1
I. Kontras
Gamma (G =
tan A)
Gradient Rata-Rata
G = Dy – Dx (densitas
guna)
Log Ey – log
Ex ( lat. Film)
Densitas
guna = net density 0.25 – 2.0. Gradient rata-rata / kontras ditentukan oleh : emulsi
film, jenis film( single/double), kondisi prosesing, IS.
J. LATITUDE :
Adalah kemampuan sebuah film utk mencatat suatu jangka eksposi dengan rentang tertentu.
Adalah kemampuan sebuah film utk mencatat suatu jangka eksposi dengan rentang tertentu.
1.
Latitude Film : menggambarkan selisih antara batas
atas dan bwah log eksposi relative atau log Ey – log Ex kontras naik,
lat. Film turun
2.
Latitude eksposi : adalah
toleransi film thd kesalahan pemilihan faktor eksposi spt kVp, mAs, time , FFD
pada saat eksposi dilakukan. Lat. Eksposi dipengaruhi oleh latitude film dan
kontrast subject.
K. SPEED
Speed sebuah film adalah sejumlah x ray eksposi yg diperlukan utk menghasilkan nilai densitas tertentu. Film A memiliki kecepatan relative thd film B maksudnya adalah rasio eksposi yg diperlukan oleh film B thd film A utk memperoleh nilai densitas tertentu dengan jumlah eksposi yg sama.
Speed sebuah film adalah sejumlah x ray eksposi yg diperlukan utk menghasilkan nilai densitas tertentu. Film A memiliki kecepatan relative thd film B maksudnya adalah rasio eksposi yg diperlukan oleh film B thd film A utk memperoleh nilai densitas tertentu dengan jumlah eksposi yg sama.
Speed point: titik pd kurva karakteristik dimana nilai densitasnya adalah 1
+ b+f Speed
exposure point: log eksposi yg menghasilkan speed point.
Bila film A speed eksp point = 2,0
film B speed eksp point = 1,5
Beda speed kedua film =
antilog (2,0-1,5) = 3,16. Jadi film A 316 % kali lebih cepat dari film B.
L. Manfaat Kurva H & D
1.
Mengetahui
besar kecilnya fog level
2.
Menilai
kontras film
3.
Menilai
kecepatan film
4.
Menilai
densitas maximum
5.
Untuk membanding satu film dengan yg lain
6.
Membandingkan IS satu dengan yg lain
7.
Mengetes cairan
pembangkit
8.
Mengetahui
latitude film
9.
Kontrol
kualitas otomatik prosesing.
Sumber :
1.
http://www.babehedi.com/search/label/SENSITOMETRI
2.
http://books.google.co.id/books?id=Q_QzkjGp48cC&pg=PA307&dq=sensitometry&hl=id&sa=X&ei=XiFrT6PQMYztrQfoovSpAg&ved=0CD0Q6AEwAw#v=onepage&q=sensitometry&f=false
3. http://books.google.co.id/books?id=iTwYI5rzeRMC&pg=PA604&dq=sensitometry+radiography&hl=id&sa=X&ei=fSRrT475DpCJrAeqmP2bAg&ved=0CFAQ6AEwBg#v=onepage&q=sensitometry%20radiography&f=false
No comments:
Post a Comment