I. Definisi Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
Menurut Mangkunegara (2002, p.163), keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur.
Menurut Suma’mur (2001, p.104), keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang bekerja di perusahaan yang bersangkutan.
Menurut Simanjuntak (1994), keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja yang mencakup tentang kondisi bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan, dan kondisi pekerja.
Mathis dan Jackson (2002, p. 245), menyatakan bahwa keselamatan adalah merujuk pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap cedera yang terkait dengan pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk pada kondisi umum fisik, mental dan stabilitas emosi secara umum.
Menurut Ridley, John (1983) yang dikutip oleh Boby Shiantosia (2000, p.6), mengartikan kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut.
Jackson (1999, p.222), menjelaskan bahwa Kesehatan dan Keselamatan Kerja menunjukkan kepada kondisi-kondisi fisiologis-fisikal dan psikologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh lingkungan kerja yang disediakan oleh perusahaan.
II. Definisi MRI
Magnetic
Resonance Imaging (MRI) adalah jenis alat kedokteran untuk pemeriksaan
diagnostik radiologi, yang menghasilkan rekaman gambar potongan penampang tubuh
atau organ manusia. Alat ini menggunakan medan magnet berkekuatan antara tesla
(1 tesla= 10.000 gauss) dan resonansi getaran terhadap inti atom hidrogen. MRI tidak
memberikan rasa sakit akibat radiasi karena tidak menggunakan sinar X dalam
proses tersebut. Namun, karena
berada di dalam medan magnet yang cukup besar, maka pada saat pemeriksaan
berlangsung akan dapat menarik benda-benda yang bersifat logam.
III. Keselamatan dan Kesehatan Kerja di MRI
Ruang MRI dapat menjadi tempat yang
sangat berbahaya jika tindakan pencegahan yang ketat tidak dilakukan. objek logam dapat menjadi proyektil
berbahaya jika dimasukkan ke dalam ruang MRI. Misalnya, kertas, pen, kunci,
gunting, hemostats, stethoscopes dan benda kecil lainnya dapat dicabut dari kantong dan keluar
dari tubuh tanpa peringatan, dan terbang menuju sumber medan magnet (dimana
pasien ditempatkan) pada kecepatan sangat tinggi, sehingga akan menjadi ancaman
bagi semua orang di dalam kamar,
kartu kredit, bank,
dan kartu magnetik dengan hal lain yang menggunakan Encoding akan terhapus oleh
sistem MRI.
Sampai saat ini FDA merekomendasikan batas aman untuk pemeriksaan klinis
adalah 2 Tesla. Lebih dari 2 Tesla sebaiknya digunakan untuk kepentingan riset
saja. Efek pada penggunaan medan magnet utama lebih dari 2
Tesla adalah bibir kering, pusing, dan hipotensi.
Fringe Field (medan magnet tepi) adalah medan magnet disekitar medan magnet
utama, dampak dari penempatan MRI terhadap lingkungan sekitarnya (ruang
sebelah, atap, lantai dll). Batas aman dari fringe field adalah tidak lebih
dari 5 Gauss (berarti di dalam faraday cage lebih dari 5 gauss).
Sebelum masuk area 5 gauss harus meninggalkan barang-barang sebagai
berikut:
-
Jam analog
-
Tape recorder
-
Credit card
-
Kalkulator
-
Hand phone
-
Gigi palsu
Sebelum
mempersilahkan seorang pasien atau staf scan ke dalam ruangan, kita harus
mengecek apakah ada benda besi di tubuh pasien. Hingga titik ini, kami hanya
berbicara tentang obyek eksternal. Namun, terkadang pasien telah implants yang membuat itu sangat
berbahaya bagi mereka yang akan di hadapan yang kuat magnetis.
A. Metallic
Fragmen Dalam Mata
Sangat berbahaya karena gerak fragmen
dapat menyebabkan mata kerusakan atau kebutaan. Mata anda tidak berupa jaringan parut. Sebuah fragmen dari logam dalam
mata anda yang telah ada selama 25 tahun
itu sama berbahaya karena hari ini kemudian tidak ada jaringan parut untuk
ditahan di tempat itu.
B. Orang Dengan Pacemakers
Tidak dapat dipindai atau bahkan mendekat dengan scanner magnet karena
dapat menyebabkan kerusakan alat pacu jantung.
C.
Aneurysm klip
Aneurysm klip di otak dapat sangat berbahaya karena dapat ditarik oleh
magnet, menyebabkan arteri dapat sobek.
D. Gigi Implants
Beberapa gigi implants bersifat magnetis.
E. Kebanyakan Pembedahan Tulang
Implants
Walaupun mereka mungkin ferromagnetic, tidak ada masalah
karena mereka yang tertanam di tulang. Bahkan logam yang merupakan makanan
pokok di sebagian besar bagian tubuh yang halus sekali mereka telah dipasang selama beberapa minggu (biasanya
enam minggu), jaringan telah
dibentuk untuk ditahan di tempat mereka.
Setiap kali kita menemukan pasien
dengan implan atau benda logam di dalam tubuh mereka, harus diselidiki dengan teliti untuk
memastikan agar aman untuk memindai mereka. Beberapa pasien dipalingkan karena
terlalu berbahaya. Bila ini terjadi, biasanya ada alternatif metode imaging
yang dapat membantu mereka.
ü Ruang
MRI
-
Ukuran ruang
pemeriksaan 12.5m (p) x 7m (l) x 3,5m (t)
-
Perlu diberi pengaman
sangkar Faraday
-
Dilengkapi dengan :
Ruang operator
Ruang mesin
Ruang AHU/chiller
IV. Tujuan Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di MRI
Secara umum, kecelakaan selalu diartikan sebagai
kejadian yang tidak dapat diduga. Kecelakaan kerja dapat terjadi karena kondisi
yang tidak membawa keselamatan kerja atau perbuatan yang tidak selamat.
Kecelakaan kerja di MRI dapat
didefinisikan sebagai setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat yang dapat
mengakibatkan kecelakaan di MRI.
Berdasarkan definisi kecelakaan kerja maka lahirlah
keselamatan dan kesehatan kerja yang mengatakan bahwa cara menanggulangi
kecelakaan kerja adalah dengan meniadakan unsur penyebab kecelakaan dan atau
mengadakan pengawasan yang ketat. (Silalahi, 1995).
Keselamatan dan kesehatan kerja pada dasarnya mencari
dan mengungkapkan kelemahan yang memungkinkan terjadinya kecelakaan. Fungsi ini
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu mengungkapkan sebab-akibat suatu
kecelakaan dan meneliti apakah pengendalian secara cermat dilakukan atau tidak.
Menurut Mangkunegara (2002, p.165) bahwa tujuan dari
keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai berikut:
A.
Agar setiap pegawai mendapat jaminan
keselamatan dan kesehatan kerja baik secara fisik, sosial, dan psikologis.
B.
Agar setiap perlengkapan dan
peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya selektif mungkin.
C.
Agar semua hasil produksi dipelihara
keamanannya.
D.
Agar adanya jaminan atas
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai.
E.
Agar meningkatkan kegairahan,
keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
F.
Agar terhindar dari gangguan
kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau kondisi kerja.
G.
Agar setiap pegawai merasa aman dan
terlindungi dalam bekerja.
V. Upaya- Upaya Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di Ruang MRI
A. Pembinaan dan Pengawasan/Keamanan Sarana, Prasarana, dan Peralatan Kesehatan
1. Melengkapi perizinan dan sertifikasi sarana dan prasarana serta peralatan kesehatan yang ada di ruang MRI.
2. Membuat program dan melaksanakan pemeliharaan rutin dan berkala sarana dan prasarana serta peralatan kesehatan yang ada di ruang MRI
3. Melakukan peneraan/kalibrasi peralatan kesehatan yang ada di ruang MRI.
4. Pembuatan SOP untuk pengoperasian, pemeliharaan, perbaikan, dan kalibrasi terhadap peralatan kesehatan yang ada di ruang MRI.
5. Sertifikasi personil petugas/operator sarana dan prasarana serta peralatan kesehatan yang ada di ruang MRI
B. Pembinaan dan Pengawasan atau Penyesuaian Peralatan Kerja Terhadap Petugas MRI
1.
Melakukan identifikasi dan penilaian resiko ergonomi terhadap peralatan
kerja dan petugas MRI.
2.
Membuat
program, melaksanakan kegiatan, evaluasi, dan pengendalian risiko ergonomic yang ada di ruang MRI.
C. Pembinaan dan Pengawasan Terhadap Lingkungan Kerja
1.
Manajemen
harus menyediakan dan menyiapkan lingkungan kerja yg memenuhi syarat fisik,
kimia, biologi, ergonomi dan psikososial.
2.
Pemantauan/pengukuran
terhadap faktor fisik, kimia, biologi, ergonomi dan psikososial secara rutin
dan berkala.
3.
Melakukan
evaluasi dan memberikan rekomendasi untuk memperbaiki lingkungan kerja yang ada di ruang MRI.
D. Pembinaan dan Pengawasan Terhadap Sanitasi air
1.
Penyehatan
makan dan minuman.
2.
Penyehatan
air.
3.
Penyehatan
tempat pencucian.
4.
Penanganan
sampah dan limbah.
5.
Pengendalian
sampah dan tikus.
6.
Sterilisasi/desinfeksi.
7.
Perlindungan
radiasi.
8.
Upaya
penyuluhan kesehatan lingkungan.
E.
Pembinaan dan
Pengawasan Perlengkapan Keselamatan Kerja
1.
Pembuatan
rambu-rambu arah dan tanda-tanda keselamatan di ruang MRI.
2.
Penyediaan
peralatan keselamatan kerja dan alat APD di ruang MRI.
3.
Membuat
SOP peralatan kesehatan kerja dan APD di ruang MRI.
4.
Melakukan
pembinaan dan pemantauan terhadap kepatuhan penggunaan peralatan keselamatan
dan APD di ruang MRI .
F.
Pelatihan/Penyuluhan
Keselamatan Kerja Untuk Semua Pekerja
1.
Sosialisasi
dan penyuluhan keselamatan kerja bagi seluruh petugas
MRI.
2.
Melaksanakan
pelatihan dan sertifikasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja diruang MRI kepada petugas MRI
G.
Membuat sistem pelaporan kejadian dan
tindak lanjutnya
1.
Membuat alur pelaporan kejadian nyaris celaka
dan celaka yang terjadi di ruang MRI.
2.
Membuat SOP pelaporan, penanganan tindak lanjut
kejadian nyaris celaka dan celaka yang
terjadi di ruang MRI.
VI. Hal-Hal yang Harus Diperhatikan Dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja di MRI
A. Pada pemeriksaan MRI perlu diperhatikan bahwa
alat-alat seperti tabung oksigen, alat resusistasi, kursi roda, dll yang
bersifat fero-magnetik tidak boleh dibawa ke ruang MRI. Untuk keselamatan,
pasien diharuskan memakai baju pemeriksaan dan meninggalkan benda-benda feromagnetik, seperti: jam
tangan, kunci, perhiasan jepit rambut, gigi palsu, dan lainnya.
B. Screening
dan pemberian informasi kepada pasien dilakukan dengan cara mewawancarai
pasien, untuk mengetahui apakah ada sesuatu yang membahayakan pasien bila
dilakukan pemeriksaan MRI, misalnya: pasien menggunakan alat pacu jantung, logam
dalam tubuh pasien seperti sendi palsu, neurostimulator, klip anurisma
serebral, dan lain-lain.
C. Transfer
pasien menuju ruang MRI, khususnya pasien yang tidak dapat berjalan (non ambulatory) harus
diperhatikan karena penggunaan mesin roda akan membahayakan dikarenakan medan
magnet MRI selalu menyala, sehingga setiap saat dapat
terjadi resiko kecelakaan, dimana benda-benda feromagnetik dapat tertarik dan
kemungkinan mengenai pasien atau personil yang lain. Cara
antisipasi adalah menggunakan meja MRI yang mobile dengan tujuan pasien dapat dipindahkan ke meja MRI di luar ruangan
pemeriksaan dan dapat segera di bawa ke luar ruangan MRI apabila terjadi
hal-hal emergency. Selain itu, meja cadangan pemeriksaan perlu disediakan agar
dapat mempercepat penanganan pasien berikutnya sebelum pemeriksaan pasien sebelumnya
selesai.
D. Kenyamanan
pasien perlu diperhatikan karena dapat merancukan pemeriksaan, antara lain dengan penggunaan earplugs
bagi pasien untuk mengurangi kebisingan, penggunaan penyangga mulut atau
tungkai, pemberian selimut bagi pasien, dan pemberian tutup kepala.
E.
Persiapan console yaitu memprogram
identitas pasien seperti nama, usia dan lain-lain.
F.
Pemilihan coil yang tepat.
G. Memilih
parameter yang tepat.
H. Untuk
mendapatkan hasil gambar yang optimal, perlu penentuan center magnet (land
marking patient) sehingga coil dan bagian tubuh yang diamati harus sedekat
mungkin ke center magnet, misalnya pemeriksaan MRI kepala, pusat magnet pada
hidung.
VII. Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di MRI Pada Pasien Dengan Kondisi Tertentu
A. Kehamilan
Telah dibuktikan bahwa tidak ada efek dari
MRI pada janin. Secara khusus, MRI menghindari penggunaan radiasi pengion
yang janin sangat sensitif. Namun, sebagai tindakan pencegahan, pedoman saat
ini merekomendasikan bahwa wanita hamil menjalani MRI hanya jika penting. Hal
ini terutama terjadi selama trimester pertama kehamilan, sebagai organogenesis
berlangsung selama periode ini. Perhatian pada kehamilan adalah sama seperti
untuk MRI pada umumnya, tetapi janin mungkin lebih sensitif terhadap efek khususnya untuk
pemanasan dan kebisingan. Namun, satu perhatian tambahan adalah penggunaan bahan kontras; senyawa
gadolinium diketahui melewati plasenta dan memasuki aliran darah janin dan
disarankan bahwa penggunaan mereka dihindari.
Meskipun kekhawatiran ini, MRI dengan cepat semakin penting sebagai cara
untuk mendiagnosis dan pemantauan cacat bawaan janin karena dapat memberikan
informasi lebih diagnostik dari USG dan tidak memiliki radiasi pengion seperti CT.
MRI tanpa bahan kontras pencitraan pilihan untuk pre-bedah, diagnosis dalam rahim dan
evaluasi tumor janin, terutama teratoma, janin memfasilitasi operasi terbuka,
intervensi janin lainnya, dan perencanaan untuk prosedur (seperti prosedur
EXIT) dengan aman menyampaikan dan mengobati bayi yang cacat dinyatakan akan
berakibat fatal.
VIII. Indikator yang Menyebabkan Kecelakaan di Ruang MRI
A. Keadaan tempat lingkungan kerja, yang meliputi:
1. Penyusunan dan penyimpanan barang-barang yang berbahaya yang kurang diperhitungkan keamanannya.
2. Ruang kerja yang terlalu padat dan sesak
3. Pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada tempatnya.
B. Pemakaian peralatan kerja, yang meliputi:
1. Pengaman peralatan kerja yang sudah usang atau rusak.
2. Penggunaan mesin dan alat elektronik tanpa pengaman yang baik dalam pengaturan penerangan.
IX. Tindakan yang Dilakukan Apabila Terjadi Kecelakaan Pada Saat Pemeriksaan MRI
Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan kecelakaan selama
pemeriksaan MRI, seperti:
A.
Bila
terjadi keadaan gawat pada pasien, segera menghentikan pemeriksaan dengan
menekan tombol ABORT, pasien segera dikeluarkan dari pesawat MRI dengan menarik
meja pemeriksaan dan segera berikan pertolongan dan apabila tindakan
selanjutnya memerlukan alat medis yang bersifat ferromagnetik harus dilakukan
di luar ruang pemeriksaan.
B.
Seandainya
terjadi kebocoran Helium, yang ditandai dengan bunyi alarm dari sensor oxigen,
tekanlah EMERGENCY SWITCH dan segera membawa pasien ke luar ruang pemeriksaan
serta buka pintu ruang pemeriksaan agar terjadi pertukaran udara, karena pada
saat itu ruang pemeriksaan kekurangan oksigen.
C.
Apabila
terjadi pemadaman (Quenching), yaitu hilangnya sifat medan magnet yang kuat
pada gentry (bagian dari pesawat MRI) secara tiba-tiba, tindakan yang perlu
dilakukan buka pintu ruangan lebar- lebar agar terjadi pertukaran udara dan
pasien segera di bawa keluar ruangan pemeriksaan. Hal perlu dilakukan karena
Quenching menyebabkan terjadinya penguapan helium, sehingga ruang pemeriksaan
MRI tercemar gas Helium.
D. Selama pemeriksaan
MRI untuk anak kecil atau bayi, sebaiknya ada keluarganya yang menunggu di
dalam ruang pemeriksaan.
No comments:
Post a Comment