Friday, October 25, 2013

Pemeriksaan Radiologi dengan Media Kontras yang Digunakan



Media kontras merupakan suatu bahan atau media yang dimasukkan ke dalam tubuh pasien untuk membantu menegakkan diagnosa dalam pemeriksaan radiografi, sehingga media yang dimasukkan tampak lebih radioopaque atau lebih radiolucent pada organ tubuh yang diperiksa.
Ada 2 jenis media kontras, yaitu media kontras negatif (-) dan media kontras positif (+). Pemeriksaan radiologi yang menggunakan media kontras, sebagai berikut:
A.     Radiologi Anak
1.      Pemeriksaan Colon In Loop (Barium Enema) Pediatrik
a.      Pengertian
Pemeriksaan Colon In Loop Pediatrik adalah teknik pemeriksaan secara radiologis dari Colon dengan menggunakan media kontras secara retrograde pada pasien pediatrik (anak-anak).
b.      Tujuan Pemeriksaan
1)      Untuk mendapatkan gambaran anatomis dari colon sehingga dapat membantu menegakkan diagnosa suatu penyakit atau kelainan pada colon.
c.       Indikasi Pemeriksaan
1)      Colitis: penyakit-penyakit inflamasi (pembengkakan) pada colon.
2)      Carsinoma: tumor
3)      Diverticulum: kantong yang menonjol pada dinding colon, terdiri daro lapisan mukosa dan muskularis mukosa.
4)      Polyps: penonjolan pada selaput lendir.
5)      Volvulus: penyumbatan isi usus karena terbelitnya usus ke bagian yang lain.
6)      Invagination: melipatnya bagian usus besar ke bagian usus itu sendiri
7)      Intussusception
8)      Atresia ani: Tidak adanya saluran dari colon yang seharusnya ada.
9)      Stenosis: Penyempitan saluran usus besar.
10)  Mega colon: suatu kelainan konginetal yang terjdi karena tidak adanya sel ganglion di flexus mientrik dan submukosa pada segmen colon distal menyebabkan feses siulit melewati segmen gangloinik.

 
d.      Kontra indikasi
1)      Perforasi
2)      Obstruksi
3)      Diare berat
e.      Persiapan Alat dan Bahan
1)      Untuk Anak-Anak >1 Tahun
a)      Kantung enema sekali pakai diisi dengan BaSO4
b)      Tabung
c)      Penjepit
d)      Air hangat digunakan untuk melarutakan BaSO
e)      Beberapa di antaranya, kateter didesign agar tidak dapat keluar rectum setelah disisipkan, sehingga tidak bocor.
2)      Untuk Bayi dan Anak-Anak
Menggunakan kateter silicon 10 french dan sebuah spuit 60 ml, barium diinjeksi secara manual dan perlahan.
3)      Untuk semua pasien
a)      Jelly
b)      Hypoallergenic tape
c)      Handscoen
d)      Tissue
f.        Persiapan Pasien
1)      Pasien beserta orang tuanya harus masuk ke dalam ruang pemeriksaan, kemudian dijelaskan bagaimana prosedur pemeriksaan kepada pasien beserta orang tuanya.
2)      Tanyakan riwayat penyakit pasien.
3)      Untuk bayi sampai 2 tahun tidak ada persiapan khusus.
4)      Untuk anak-anak 2-10 tahun memerlukan persiapan khusus, yaitu:
a)      Pada malam hari sebelum pemeriksaan hanya makan makanan yang rendah serat.
b)      Malam sebelum pemeriksaan minum 1 tablet bisacodyl atau laxative atau sejenisnya.
c)      Jika setelah diberi laxative tidak menunjukkan pengeluaran yang cukup, maka dilakukan enema pedi fleet (urus-urus) atas petunjuk dokter.
g.      Teknik Pemasukan Media Kontras
Pemeriksaan Colon In Loop pada bayi dan anak-anak biasanya hanya menggunakan metode kontras tunggal yang menggunakan BaSO sebagai media kontrasnya.
h.      Proyeksi Pemeriksaan
1)      Foto Pendahuluan AP
a)      Pasien diposisikan supine di atas meja pemeriksaan dengan MSP tubuh berada tepat pada gasri tengah kaset.
b)      Kedua tangan diletakkan di atas kepala pasien dan diberi pengganjal untuk fiksasi.
c)      Kedua kaki diluruskan ke bawah dan diberi pengganjal juga.
d)      Batas atasnya Processus Xyphoideus dan batas bawahnya Symphisis Pubis.
e)      CP berada pada pertengahan kedua Crista Illiaca dengan CRnya vertikal tegak lurus dengan kaset
2)      Foto AP dengan kontras
a)      Pasien diposisikan supine di atas meja pemeriksaan dengan MSP tubuh berada tepat pada garis tengah kaset.
b)      Kedua tangan diletakkan di atas kepala pasien dan kedua kaki lurus ke bawah dengan pegang di pegang oleh orang tuanya yang menggunakan apron
c)      Batas atasnya processus xypoideus dan batas bawah adalah symphisis pubis.
d)      CP pada petengahan kedua crista illiaca dengan arah sinar vertikal tegak lurus dengan kaset
e)      Eksposi dilakukan pada saat ekspirasi penuh dan tahan nafas
3)      Foto Lateral dengan Kontras
a)      Pasien diposisikan lateral/tidur miring dengan MCP diatur pada pertengahan kaset dan vertikal terhadap garis tengah kaset.
b)      Genu sedikit fleksi dengan kedua ujung kaki dan tangan dipegang oleh orang tuanya yang terlebih dahulu diberi apron agar pasien tidak bergerak.
c)      CRnya tegak lurus terhadap film dengan CP berada pada MCP setinggi SIAS.
4)      Foto AP Post Evakuasi
a)      Pasien diposisikan supine di atas meja pemeriksaan dengan MSP tubuh berada tepat pada gasri tengah kaset.
b)      Kedua tangan diletakkan di atas kepala pasien dan diberi pengganjal untuk fiksasi.
c)      Kedua kaki diluruskan ke bawah dan diberi pengganjal juga.
d)      Batas atasnya Processus Xyphoideus dan batas bawahnya Symphisis Pubis.
e)      CP berada pada pertengahan kedua Crista Illiaca dengan CRnya vertikal tegal lurus dengan kaset.
f)       FFD: 100 cm
2.      Pemeriksaan Intra Venous Pyelography (IVP) Pediatrik
a.      Pengertian
Pemeriksaan IVP Pediatrik adalah pemeriksaan traktus urinarius dengan menggunkan media kontras positif yang dimasukkan ke dalam intra vena.
b.      Tujuan Pemeriksaan
Untuk melihat anatomi, fisiologi maupun kelainan pada traktus urinarius tersebut.
c.       Indikasi Pemeriksaan
1)      Adanya batu ginjal (Neprolithiasis)
2)      Anomali pada Traktus Urinarius
3)      Traumal Renal
d.      Kontra Indikasi
1)      Absolut (mutlak): shock, dehidrasi.
2)      Relatif: alergi iodine dan makanan laut, gagal jantung, gagal ginjal, dll.
e.      Persiapan Pasien
1)      Dianjurkan untuk minum banyak air dan jus buah agar pasien mengalami hidrasi yang bertujuan untuk memperlambat penyerapan media kontras oleh ginjal.
2)      4 jam sebelum pemeriksaan pasien pediatrik diberi makanan dengan serat rendah.
3)      Pada pasien anak-anak tidak memerlukan obat pencahar.
f.        Persiapan Alat
1)      Pesawat sinar-x
2)      Spuit 1, 5, 10, 20, dan 50 cc
3)      Wing needles: 19, 23, 25, 27 G
4)      Tourniquet
5)      Handscoen
6)      Masker
7)      Kasa alkohol
8)      Tabung oksigen
9)      Obat alergi
10)  Band-aid
g.      Persiapan Bahan
1)      Media kontras positif yang memiliki osmolalitas rendah dan non ionik seperti ioversol, dan iopamidol. Tetapi oriohexal lebih disukai meskipun reaksi alergi sering terjadi pada anak-anak, namun cenderung ringan.
2)      Obat-obat untuk mengatasi alergi.
h.      Prosedur Pemeriksaan
1)      Proteksi AP supine Abdomen dilakukan untuk foto pendahuluan.
2)      Proyeksi AP supine Abdomen pasca dilakukannya injeksi media kontras
a)      3 menit dengan posisi AP supine Abdomen.
b)      15 menit dengan posisi supine atau prone Abdomen.
3)      Kaset yang digunakan sesuai dengan besar tubuh pasien.
4)      Setelah pemeriksaan selesai dilakukan anak dianjurkan untuk banyak minum dan makan makanan yang bergizi tinggi.
3.      Pemeriksaan Loopografi Pediatrik
a.      Pengertian
Pemeriksaan Loopografi Pediatrik adalah pemeriksaan radiografi pada colon yang dilakukan Post Colostomy pada anak-anak.
Colostomy adalah tindakan bedah pembuatan saluran dari colon ke dinding abdomen sebagai pengganti fungsi anus.
b.      Tujuan Pemeriksaan
Untuk mengevaluasi saluran buatan antara colon dengan dinding abdomen tersebut.
c.       Kelainan pada Colon sehingga Dilakukannya Tindakan Colostomy

1)      Ulseratif Colitis
2)      Diverticulitis
3)      Polip
4)      Intraluminal Lesion
5)      Tumor Colon
6)      Hirschsprung
7)      Carsinoma Colon
8)      Malformasi Anorectal
9)      Enterocolitis Necrosis
10)  Atresia Ani

d.      Persiapan Pasien
1)      Pasien dalam keadaan puasa
2)      Colon dalam keadaan bersih
e.      Persiapan Alat
1)      Alat yang digunakan sama dengan alat-alat untuk Colon In Loop.
2)      Media kontras:
a.      Media kontras positif (+) BaSO₄: 1000 mL untuk kontras tunggal, 400 mL untuk kontras ganda.
b.      Media kontras negatif (-).
f.        Teknik Pemasukan Media Kontras
1)      Pemasukan media kontras dengan menggunakan kateter yang dimasukkan melalui anus buatan.
2)      Dengan dikontrol fluoroscopy suntikkan media kontras positif (+) secara cepat, kemudian dimasukkan media kontras negatif (-).
3)      Dibuat foto-foto spot atau foto besar dengan posisi yang sesuai, biasanya AP dan Lateral.
g.      Kriteria Gambaran
1)      Posisi AP
a)      Tampak media kontras mengisi Colon Descendens dan Sigmoid pada posisi AP.
b)      Tampak post colostomy pada sisi kiri pasien.
c)      Tampak anal dimple.
2)      Posisi Lateral
a)      Tampak media kontras mengisi Colon Descendens dan Sigmoid pada posisi Lateral.
b)      Tampak anal dimple.
B.      Kardiologi (Pencitraan Pembuluh Darah)
1.      Arteriografi Femoralis
a.      Pengertian
Arteriografi Femoralis adalah pemeriksaan radiografi untuk memperlihatkan pembuluh arteri pada ekstremitas bawah dengan memasukkan media kontras positif (+).
b.      Tujuan Pemeriksaan
Untuk memperlihatkan anatomi dan patologi dari hip joint sampai dengan kaki.
c.       Indikasi Pemeriksaan
1)      Arterosklerosis Obliterans
2)      Aneurysm
3)      Trauma arteri
4)      Arteriovenosus Malformasi
5)      Artritis
6)      Neoplasma
d.      Kontra Indikasi
1)      Alergi terhadap media kontras.
2)      Kelainan jantung.
e.      Media Kontras yang Digunakan
Conray 280 dengan volume 20-30 mL dengan kecepatan penyuntikan sekitar 8 mL/detik untuk satu proyeksi.
f.        Persiapan Alat dan Bahan
1)      Steril
a)      Jarum arteriogram
b)      Adaptor
c)      Spuit 50 ml sebanyak 2 buah
d)      Spuit 10 ml sebanyak 1 buah
e)      Spuit 2 ml sebanyak 1 buah
f)       Drawing up canula
g)      Kateter
h)      Sponge forceps
i)        Mangkuk pelembab 2 buah
j)        Gallipot
k)      Kasa
l)        Handuk
m)   Baju pasien
2)      Unsteril
a)      Pembersih kulit
b)      Ampuls media kontras
c)      Saline
d)      Jarum disposable
e)      Pembuka ampuls
f)       Lokal anastesi (Omnopone atau Scopolamine)
g.      Teknik Pemeriksaan
1)      Persiapan Pasien
a)      Pasien puasa kurang lebih 5 jam sebelum dimulainya pemeriksaan.
b)      Mencukur rambut pada daerah yang akan dilakukan punksi (pada daerah inguinal atau lipatan paha dan pubis).
c)      Pasien diwajibkan mixie sebelum pemeriksaan dimulai.
2)      Premedikasi
Diberikan anastesi lokal menggunakan omnopon dan scopolamine.
3)      Posisi Pasien
a)      Pasien diposisikan supine di atas meja pemeriksaan dengan jari-jari kaki diputar 30° ke dalam.
b)      Kedua tumit sedikit dijauhkan agar mudah untuk diputar.
c)      Variasi posisi pasien juga dapat dilakukan untuk mendukung penglihatan yang lebih baik pada daerah poplitea dan cabang-cabangnya.
4)      Metode Pemasukan Media Kontras
a)      Peyuntikan secara langsung.
b)      Kateterisasi teknik seldinger.
h.      Teknik Pengambilan Gambar
1)      Single Technique
a)      Menggunakan film ukuran besar yaitu ukuran 35 cm x 43 cm.
b)      Membutuhkan dua kali penyuntikan kontras yang masing-masing digunakan untuk menggambarkan arteri femoralis dan arteri tibia sampai dorsalia.
2)      Serial Technique
a)      Menggunakan film ukuran 35 cm x 35 cm.
b)      Membutuhkan peralatan yang mempunyai variasi kecepatan  pergantian film, termasuk rol film, cut film, dan kaset charger yang berkemampuan dua eksposi dalam satu menit.
c)      Hanya memerlukan satu kali penyuntikan bahan kontras.
C.      CT-Scanning
1.      Pemeriksaan CT-Scan Kepala
a.      Indikasi Pemeriksaan
1)      Tumor, massa, lesi
2)      Metastase otak
3)      Perdarahan intra cranial
4)      Anuerisma
5)      Abses
6)      Atrophy otak
7)      Kelainan post trauma
8)      Kelainan congenital
b.      Persiapan Pasien
Tidak memerlukan persiapan khusus.
c.       Persiapan Alat dan Bahan
1)      Steril
a)      Alat-alat suntik
b)      Spuit
c)      Kassa dan kapas alkohol
2)      Unsteril
a)      Pesawat CT-Scan
b)      Media Kontras: omnipaque, visipaque dengan volume 2-3 mm/kg, maksimal 150 mm. Beserta injeksi rate sekitar 1-3 mm/detik
c)      Tabung oksigen
d.      Teknik Pemeriksaan
1)      Posisi pasien: Pasien supine diatas meja pemeriksaan dengan posisi kepala dekat dengan gantry.
2)      Posisi objek:
a)      Kepala hiperfleksi dan diletkkan pada head holder.
b)      Kepala diposisikan sehingga MSP tubuh sejajar dengan lampu indikator longitudinal dan interpupilary line sejajar dengan lampu indikator horizontal.
c)      Lengan pasien diletakkan diatas perut atau disamping tubuh.
d)      Untuk mengurangi pergerakan dahi dan tubuh pasien sebaiknya difikasasi dengan sabuk khusus pada head holder dan meja pemeriksaan.
e)      Lutut diberi pengganjal untuk kenyamanan pasien
e.      Gambar yang Dihasilkan
1)      Potongan Axial 1: bagian paling superior dari otak yang disebut hemisphere. Kriteria gambarnya adalah tampak:
a)      Bagian anterior sinus superior sagital.
b)      Centrum semi ovale (yang berisi materi cerebrum).
c)      Fissura longitudinal (bagian dari falks cerebri).
d)      Sulcus, Gyrus
e)      Bagian posterior sinus superior sagital.
2)      Potongan Axial 4: irisan axial yang ke empat yang disebut tingkat medial ventrikel. Kriteria gambarnya tampak:
a)      Anterior corpus collosum.
b)      Anterior horn dari ventrikel lateral kiri.
c)      Nucleus caudate
d)      Thalamus, ventrikel tiga
e)      Kelenjar pineal (agak sedikit mengalami kalsifikasi).
f)       Posterior horn dari ventrikel lateral kiri.
3)      Potongan Axial 5: jaringan otak dalam ventrikel medial tiga. Kriteria gambarnya:
a)      Anterior corpus collosum
b)      Anterior horn ventrikel lateral kiri
c)      Ventrikel tiga kelenjar pineal
d)      Protuberontia Occipital Interna
4)      Potongan Axial 7: jaringan dari bidang orbita. Kriteria gambaran tampak:
a)      Bola mata/occular bulb
b)      Nervous opticum kanan
c)      Optic chiasma
d)      Lobus temporal
e)      Otak tengah, cerebellum, lobus occipitalis
f)       Mastoid air cells, sinus ethmoid, dan sinus sphenoid.
D.     Saluran Perkencingan (Traktus Urinarius)
1.      Pemeriksaan BNO-IVP
a.      Pengertian
Pemeriksaan BNO-IVP adalah pemeriksaan radiografi dari Traktus Urinarius (Renal, Ureter, Vesica Urinaria dan Urethra) dengan penyuntikan media kontras positif (+) secara intra vena.
b.      Tujuan Pemeriksaan
1)      Untuk menggambarkan anatomi dari Pelvis Renalis dan sistem Calyces serta seluruh Traktus Urinarius dengan penyuntikan media kontras positif (+) secara intra vena.
2)      Dapat mengetahui kemampuan ginjal mengkonsentrasikan dan mengekskresikan media kontras tersebut.
c.       Indikasi Pemeriksaan
1)      Nephrolitiasis: suatu keadaan terdapat satau atau lebih batu di dalam Pelvis atau Calyces dari ginjal.
2)      Hydronephrosis (pembesaran ginjal): distensi dan dilatasi dari Pelvis Renalis, biasanya disebabkan oleh terhalangnya aliran urin dari ginjal.
3)      Urolithiasis: suatu keadaan terdapat satu atau lebih batu di dalam saluran ureter.
4)      Pyelonephritis: radang pada ginjal dan saluran perkencingan bagian atas.
5)      Renal Failure: kegagalan fungsi ginjal.
6)      Haematuria: suatu keadaan dimana terdapat sel-sel darah merah di dalam urine.
7)      Massa pada ginjal
d.      Persiapan Alat dan Bahan
1)      Peralatan Steril
a)      Wings Needle No. 21 G 1 buah
b)      Spuit 20 cc 2 buah
c)      Kapas alkohol atau wipes
d)      Tourniquet
2)      Peralatan Un-Steril
a)      Plester
b)      Marker R/L
c)      Media Kontras (Omnipaque, Urografin, Iopamario)
d)      Obat-obatan emergency
e.      Persiapan Pasien
1)      Sehari sebelum pemeriksaan, pasien harus banyak makan makanan yang tidak berserat, misalnya bubur kecap.
2)      Makan terakhir jam 19.00.
3)      Minum obat pencahar jam 20.00, misalnya garam inggris sebanyak 30 gr atau Dulcolax sebanyak 6 tablet dan pagi-pagi diberi Dulcolax supposituria (per anal).
4)      Boleh minum air putih sampai jam 23.00.
5)      Puasa sampai dilakukan pemeriksaan radiografi.
6)      Tidak boleh banyak bicara dan merokok.
f.        Prosedur Pemeriksaan
Bila pasien sudah menjalani puasa sebagai langkah persiapannya, pasien harus menjalani pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin dalam tubuhnya. Setelah iru dibuat foto pendahuluan dengan menggunakan kaset & film ukuran 30 x 40 cm mencakup seluruh abdomen dengan posisi AP. Foto pendahuluan ini berguna untuk mengecek persiapan pasien, mengevaluasi keseluruhan abdomen, mengetahui keadaan ginjal pasien, dan menentukan faktor eksposi selanjutnya.
Media kontras disuntikkan secara intra vena, biasanya pada vena cubiti dengan pasien dalam posisi supine.
Volume media kontras sebagai berikut:
1)      Media kontras yang digunakan adalah yang berbaham iodium, dimana jumlahnya disesuaikan dengan berat badan pasien, yaitu 1-2 cc/kg berat badan.
2)      Untuk anak-anak kira-kira 2 ml/kg berat badan.
3)      Bila ada dugaan kegagalan ginjal, dosis Bila ada dugaan kegagalan ginjal, dosis 4 ml/ kg berat badan.
g.      Pengambilan Gambar Radiografi
1)      Foto menit ke-5 setelah disuntikkan media kontras
Dilakukan foto pada 5 menit pertama dengan area jangkauan pada pertengahan Processus Xypoideus dan Umbilicus. Foto ini untuk melihat perjalanan kontras mengisi sistem Calyces pada ginjal. Memakai kaset dan film ukuran 24 x 30 cm dengan posisi AP sama seperti foto Abdomen dan CRnya vertikal tegak lurus terhadap kaset. Kompresi ureter dilakukan dengan tujuan untuk menahan kontras media tetap berada pada sistem Pelvis Calyces dan bagian Ureter proximal. Kompresi ureter diketatkan setelah dilakukan pengambilan foto menit ke-5
2)      Foto menit ke-10 atau ke-15 bila pada foto menit ke-5 kurang baik
Bila pengambilan gambar pada Pelvis Calyces di menit ke-5 kurang baik, foto diambil kembali pada menit ke-10 dengan zonografi untuk memperjelas bayangan. Menggunakan kaset dan film ukuran 24 x 30 cm mencakup gambaran Pelviocalyseal, Ureter, dan Bladder mulai terisi media kontras dengan posisi AP sama seperti foto Abdomen, CP berada di antara Processus Xypoideus dengan Umbilicus dan CRnya vertikal tegak lurus kaset.
3)      Foto menit ke-30
Setelah menit ke-30 kompresi dibuka dan diambil gambar dengan menggunakan kaset dan film ukuran 30 x 40 cm. Di beberapa rumah sakit setelah menit ke-30 diharuskan meminum air yang banyak. Foto ini digunakan untuk mengevaluasi kemampuan ginjal mengsekresikan media kontras. Denhan posisi AP sama seperti foto Abdomen dan CRnya vertikal tegak lurus kaset.
4)      Foto menit ke-60
Setelah masuk menit ke-60 dibuat foto BNO lagi dengan kaset dan film ukuran 30 x 40 cm. Setelah hasil rontgen dikonsultasikan pada radiolog dan dinyatakan normal maka pasien diharuskan mixi kemudian difoto kembali. Jika radiolog menyatakan ada ganguan biasanya dilakukan foto 2 jam. Dengan posisi AP sama seperti foto Abdomen dan CRnya vertikal.
5)      Foto Post Void
Yang terakhir adalah melakukan foto post void dengan posisi AP supine atau erect untuk melihat kelainan kecil yang mungkin terjadi di daerah bladder. Dengan posisi erect dapat menunjukkan adalanya ren mobile (pergerakan ginjal yang tidak normal) pada kasus post haematuri. Dengan posisi AP sama seperti foto Abdomen dan CRnya vertikal tegak lurus kaset.
h.      Hasil Gambaran Radiografi
1)      Foto menit ke-5

2)      Foto menit ke-10 atau menit ke-15

3)      Foto menit ke-30

4)      Foto menit ke-60

5)      Foto Post Void

2.      Pemeriksaan Antegrade Pyelografi (APG)
a.      Pengertian
Pemeriksaan Antegrade Pyelografi (APG) adalah teknik/prosedur pemeriksaan radiografi dari sistem urinaria dengan menggunakan media kontras yang dimasukkan melalui kateter yang telah dipasang dokter urologi dengan cara nefrostomi percutan.
b.      Tujuan
1)      Memperlihatkan anatomi dan lesi-lesi Traktus Urinarius bagian proximal.
2)      Dilakukan setelah IVP gagal menghasilkan suatu diagnosa yang kurang akurat/metode Retrograde Pyelografi (RPG) tidak memungkinkan.
3)      Untuk menunjukkan terutama gambaran Pelvis Renalis dan Ureter.
4)      Menunjukkan obstruksi Ureter akibat batu.
c.       Indikasi Pemeriksaan
1)      Nephrolitiasis: suatu keadaan terdapat satau atau lebih batu di dalam Pelvis atau Calyces dari ginjal.
2)      Urethrolitiasis: penyumbatan saluran ureter oleh batu karena pengendapan garam urat, oksalat, atau kalsium.
3)      Nephritis: kerusakan pada bagian glomerulus ginjal akibat infeksi kuman umumnya bakteri steptococcus.
4)      Pyelonephritis: radang pada ginjal dan saluran perkencingan bagian atas.
5)      Trauma akut Traktus Urinarius
6)      Hydronephrosis (pembesaran ginjal): distensi dan dilatasi dari Pelvis Renalis, biasanya disebabkan oleh terhalangnya aliran urin dari ginjal.
d.      Persiapan Alat dan Bahan
1)      Media kontras iodium 50 cc, cairan NaCl 100 cc.
2)      Spuit dissposible 50 cc
3)      Needle 19 G
4)      Handscoen
5)      Clamp
6)      Plester
7)      Alkohol atau betadine
8)      Haas
9)      Pesawat sinar-x, kaset dan film ukuran 24 x 30 cm dan 30 x 40 cm
e.      Persiapan Pasien
1)      Sehari sebelum pemeriksaan, pasien harus banyak makan makanan yang tidak berserat, misalnya bubur kecap.
2)      Makan terakhir jam 19.00.
3)      Minum obat pencahar jam 20.00, misalnya garam inggris sebanyak 30 gr atau Dulcolax sebanyak 6 tablet dan pagi-pagi diberi Dulcolax supposituria (per anal).
4)      Boleh minum air putih sampai jam 23.00.
5)      Puasa sampai dilakukan pemeriksaan radiografi.
6)      Tidak boleh banyak bicara dan merokok.
f.        Prosedur Pemeriksaan
1)      Kateter yang telah terpasang diklem kemudian selang yang menghubungkan dengan urine dicabut.
2)      Media kontras disiapkan dengan mencampur media kontras dan NaCl dengan perbandingan 1:3.
3)      Sebelum pemasukan media kontras dilakukan, buat foto pendahuluan dengan menggunakan kaset dan film ukuran 30 x 40 cm dengan posisi AP seperti foto Abdomen, CRnya tegak lurus terhadap kaset.
4)      Masukkan media kontras yang sudah diencerkan melalui kateter yang langsung terhubung dengan Pelviocalyces.
g.      Teknik Pemeriksaan
Terdapat 3 seri pemotretan dengan proyeksi AP dan oblique dengan menggunakan kaset dan film 30 x 40 cm.
1)      Foto 1 fokus pada renogram dan sistem Pelviocalyceal.
2)      Foto 2 fokus pada ureter bagian proximal dan sistem Pelviocalyceal.
3)      Foto 3 fokus pada ureter distal dan Vesica Urinaria.
4)      Foto terakhir dibuat untuk melihat sekresi ginjal.
h.      Proyekdi Pemeriksaan Antegrade Pyelografi (APG)
1)      Proyeksi AP
a)      Pasien diposisikan supine di atas meja pemeriksaan.
b)      MSP sejajar dengan pertengahan bucky.
c)      Kedua tangan pasien diletakkan di samping tubuh.
d)      CRnya tegak lurus terhadap kaset.
e)      CP berada pada MSP setinggi Crista Illiaca.
f)       FFD=100 cm.
2)      Proyeksi AP Oblique
a)      Pasien diposisikan semisupine di atas meja pemeriksaan.
b)      Atur tubuh pasien sehingga membentuk sudut 45° terhadap meja pemeriksaan.
c)      Tekuk lutut yang jauh dari meja pemeriksaan, luruskan kaki yang dekat dengan meja pemeriksaan, tangan yang dekat dengan meja pemeriksaan digunakan sebagai ganjalan kepala, tangan yang jauh dari meja pemeriksaan diletakkan di depan tubuh.
d)      CRnya tegak lurus terhadap kaset.
e)      CP berada pada 2 inci (5 cm) medial dari SIAS dan 1½ inci (3,8 cm) di atas Crista Illiaca.
f)       FFD=100 cm.
i.        Hasil Gambaran Radiografi

Terlihat gambaran ginjal yang tidak terpotong dan gambaran dimulai dari nefron sampai blass tetapi tidak ada rentang waktu seperti pemeriksaan BNP-IVP.
3.      Pemeriksaan Retrograde Pyelografi (RPG)
a.      Pendahuluan
1)      Pemeriksaan ini dilakukan apabila sistem urinari sudah tidak berfungsi.
2)      Media kontras dimasukkan berbalik atau melawan jalannya alur sistem urinaria melalui sistem Pelviocalyceal dengan memasang kateter.
3)      Pemasangan kateter adalah dengan melakukan bedah minor oleh dokter urologi di ruang bedah.
4)      Umumnya dilakukan untuk menunjukkan letak urinary calculi atau jenis kerusakan lain.
b.      Pengertian
Pemeriksaan Retrograde Pyelografi (RPG) adalah teknik/prosedur pemeriksaan sistem urinaria dengan menggunakan sinar-x dan memasukkan media kontras secara retrograde (berlawanan arah dengan alur sistem urinaria) untuh menegakkan diagnosa.
c.       Indikasi Pemeriksaan
1)      Stricture Uretra: kondisi medis yang ditandai oleh penyempitan abnormal uretra karena peradangan atau jaringan parut dari operasi, penyakit atau cidera.
2)      Batu uretra
3)      Uretris Injury
4)      Renal Pelvic Neoplasm
5)      Renal Calculi
6)      Ureteric Fistule: adhesi abnormal struktur tubuh ureter, yang merupakan tabung yang mengangkut urine dari ginjal ke kandung kemih.
7)      Accidental Ureteric Ligation
d.      Kontra Indikasi
1)      Urethritis
a)      Merupakan kontra indikasi absolute karena dapat menyebarkan infeksi pada Traktus Urinarius distal dan proximal.
b)      Peradangan yang terjadi akan sulit untuk diobati.
2)      Stricture Urethra
a)      Bukan kontra indikasi absolute, namum pemasukan kateter dapat memperparah keadaan.
e.      Komplikasi yang Mungkin Terjadi
1)      Injuri Uretra
Penggunaan cystoscopy dengan ukuran besar dan tidak digunakan lubricant (jelly) memungkinkan injuri terjadi.
2)      Bladder Injuri
Apabila tekanan keras dengan paksaan dilakukan, maka perforasi bladder mungkin terjadi. Hal ini jarang terjadi.
3)      Paraphimosis
Mungkin terjadi pada pasien yang tidak dicircumsisi.
4)      Stricture Urethra
Tidak digunakannya lubricant yang cukup dapat menyebabkan lukan dan stricture kemudian.
5)      Meatal Stricture
Ada stricture urethra.
6)      Cystitis
Jika tidak dilakukan aseptic maka terjadi peradangan.
f.        Persiapan Pasien
1)      Sehari sebelum pemeriksaan, pasien harus banyak makan makanan yang tidak berserat, misalnya bubur kecap.
2)      Makan terakhir jam 19.00.
3)      Minum obat pencahar jam 20.00, misalnya garam inggris sebanyak 30 gr atau Dulcolax sebanyak 6 tablet dan pagi-pagi diberi Dulcolax supposituria (per anal).
4)      Boleh minum air putih sampai jam 23.00.
5)      Puasa sampai dilakukan pemeriksaan radiografi.
6)      Tidak boleh banyak bicara dan merokok.
g.      Persiapan Alat dan Bahan
1)      Pesawat Rontgen
2)      Media kontras iodium 20 cc
3)      Spuit 20 cc
4)      Needle 19 G
5)      Handscoen
6)      Kaset dan film ukuran 24 x 30 cm dan 30 x 40 cm
7)      Grid atau bucky
8)      Marker R/L
9)      Kateter dipasang dengan bantuan cystoscopy
10)  Desinfektan
h.      Prosedur Pemeriksaan
1)      Pemasangan kateter dilakukan oleh dokter urologi dengan menggunakan bantuan cystoscopy, secara retrograde (berlawanan arah dengan alur sistem urinari) melalui uretra sebelum pemeriksaan mulai dilakukan.
2)      Lakukan foto pendahuluan (Abdomen Polos).
a)      Untuk memastikan letak kateter
b)      Mengetahui ketepatan teknik dan positioning
3)      Lakukan injeksi 3-5 cc media kontras melalui kateter menuju Pelvis Renalis, pada ginjal yang diperiksa.
a)      Diambil dengan menggunakan kaset dan film ukuran 24 x 30 cm.
b)      Kontras dimasukkan kembali ± 5 cc sambil kateter ditarik perlahan, lalu foto menggunakan kaset dan film ukuran 30 x 40 cm untuk melihat daerah ureter.
c)      Kontras dimasukkan sampai habis, sambil ditarik diperkirakan kontras habis, dan kateter dilepas. Foto diambil dengan menggunakan kaset dan film ukuran 30 x 40 cm.
i.        Proyeksi Pemeriksaan Retrograde Pyelografi (RPG)
1)      Proyeksi AP
a)      Pasien diposisikan supine di atas meja pemeriksaan.
b)      MSP sejajar dengan pertengahan bucky.
c)      Kedua tangan pasien diletakkan di samping tubuh.
d)      CRnya tegak lurus terhadap kaset.
e)      CP berada pada MSP setinggi Crista Illiaca.
f)       FFD=100 cm.
2)      Proyeksi AP Oblique
a)      Pasien diposisikan semisupine di atas meja pemeriksaan.
b)      Atur tubuh pasien sehingga membentuk sudut 45° terhadap meja pemeriksaan.
c)      Tekuk lutut yang jauh dari meja pemeriksaan, luruskan kaki yang dekat dengan meja pemeriksaan, tangan yang dekat dengan meja pemeriksaan digunakan sebagai ganjalan kepala, tangan yang jauh dari meja pemeriksaan diletakkan di depan tubuh.
d)      CRnya tegak lurus terhadap kaset.
e)      CP berada pada 2 inci (5 cm) medial dari SIAS dan 1½ inci (3,8 cm) di atas Crista Illiaca.
f)       FFD=100 cm.
j.        Hasil Gambaran Radiografi

4.      Pemeriksaan Uretrocystografi
a.      Pengertian
Pemeriksaan Uretrocystografi adalah pemeriksaan radiologi untuk melihat fungsi dari uretra dan vesica urinaria yang mengalami gangguan berupa penyempitan dan sumbatan sehingga menimbulkan gangguan pada uretra dan vesica urinaria.
b.      Indikasi Pemeriksaan
1)      Stricture Urethra: penyempitan lumen uretra karena fibrosis pada dindingnya.
2)      Retensi urine: kesulitan pada saat buang air kecil.
3)      Kelainan kongenital: kelainan bawaan dari lahir, hal ini jarang terjadi.
4)      Fistule: saluran abnormal yang terbentuk antara 2 buah organ yang seharusnya tidak terhubung.
5)      Tumor
c.       Kontra Indikasi
1)      Infeksi akut
2)      Recent instrumentation
d.      Prosedur Pelaksanaan
1)      Uretrografi
a)      Persiapan Pasien
-          Tidak ada persiapan khusus.
-          Vesica urinaria dikosongkan semaksimal mungkin.
b)      Persiapan Alat dan Bahan
-          Pesawat sinar-x
-          Kaset dan film ukuran 24 x 30 cm beserta marker R/L
-          Media kontras, yaitu urografin
-          Gliserin
-          Kateter
-          Spuit
-          Handscoen
-          Kassa steril
-          Bengkok atau mangkuk kecil
-          Kapas alkohol
-          Plester
-          Baju pasien
c)      Jalannya Pemeriksaan
-          Pasien diposisikan supine di atas meja pemeriksaan setelah disuruh untuk buang air kecil.
-          Daerah orifisium uretra diolesi dengan gliserin.
-          Masukkan media kontras melalui kateter sebanyak 12 cc.
-          Lakukan pemotretan dengan beberapa proyeksi.
d)      Proyeksi Pemotretan
-          AP
·         Pasien diposisikan supine di atas meja pemeriksaan.
·         Daerah pelvis dan uretra ditempatkan tepat di atas kaset
·         Kedua kaki direnggangkan
·         CP ditujukan ke symphisis pubis dan CR disudutkan 10°.
-          RPO dan LPO
·         Pasien diposisikan semisupine di atas meja pemeriksaan.
·         Daerah pelvis dan uretra ditempatkan tepat di atas kaset, kemudian pasien dimiringkan 30° ke arah yang ingin diperiksa sehingga tidak superposisi dengan soft tissue dari otot paha.
·         CRnya vertikal tegak lurus terhadap kaset dengan CP berada pada symphisis pubis.
2)      Cystografi
a)      Persiapan Pasien
-          Tidak ada persiapan khusus.
-          Vesica urinaria dikosongkan semaksimal mungkin.
b)      Persiapan Alat dan Bahan
-          Pesawat sinar-x
-          Kaset dan film ukuran 24 x 30 cm beserta marker R/L
-          Media kontras, yaitu urografin
-          Gliserin
-          Kateter
-          Spuit
-          Handscoen
-          Kassa steril
-          Bengkok atau mangkuk kecil
-          Kapas alkohol
-          Plester
-          Baju pasien
c)      Jalannya Pemeriksaan
-          Pasien diposisikan supine di atas meja pemeriksaan setelah disuruh buang air kecil.
-          Daerah orifisium uretra diolesi dengan gliserin.
-          Masukkan media kontras yang telah diencerkan dengan cairan infus sebanyak 150-500 cc melalui kateter, secara perlahan sampai ke vesica urinaria sehingga residu urine keluar melalui kateter.
-          Setelah media kontras mengisi vesica urinaria, maka lakukan pemotretan dengan beberapa proyeksi.
d)      Proyeksi Pemotretan
-          AP
·         Pasien diposisikan supine di atas meja pemeriksaan dengan MSP berada di tengah meja pemeriksaan.
·         Daerah pelvis tepat di pertengahan kaset.
·         CR disudutkan 10° caudad.
·         CP berada pada 5 cm di atas symphisis pubis.
-          RPO dan LPO
·         Pasien diposisikan semisupine di atas meja pemeriksaan.
·         Tubuh pasien dirotasikan ke arah yang akan diperiksa sebesar 45°-60°.
·         CR vertikal tegak lurus terhadap kaset.
·         CP berada pada 5 cm di atas symphisis pubis dan 5 cm ke arah medial menuju SIAS.
-          Lateral
·         Pasien diposisikan miring pada salah satu sisi di atas meja pemeriksaan.
·         Kedua lutut ditekuk sebagai fiksasi dan diganjal bantal.
·         Daerah pelvis tepat berada di atas kaset.
·         CR vertikal tegak lurus terhadap objek kaset.
·         CP berada pada 5 cm superior dan posterior dari symphisis pubis.
E.      Saluran Pencernaan (Traktus Digestivus)
1.      Pemeriksaan Oesofagografi
a.      Pengertian
Pemeriksaan Oesofagografi adalah pemeriksaan radiografi dari oesofagus dengan menggunakan media kontras per oral.
b.      Media Kontras yang Digunakan
1)      Media kontras positif (+): BaSO dengan viscositas 1:1 atau 1:2.
2)      Media kontras negatif (-): kristal-kristal CO₂, misalnya es gas.
c.       Indikasi Pemeriksaan
1)      Disfagia: kesulitan menelan.
2)      Akhlasia Oesofagus: kelainan neomuskular yang menyebabkan kegagalan gerak oesofagus.
3)      Varises Oesofagus: pelebaran pembuluh darah vena pada oesofagus.
4)      Massa (tumor)
5)      Striktura Oesofagus: penyempitan pada oesofagus.
6)      Divertikula: terbentuknya kantong-kantong kecil pada dinding oesofagus yang mengarah ke bagian luar.
d.      Teknik Pemeriksaan
1)      Tidak memerlukan paersiapan pasien secara khusus.
2)      Premedikasi tidak perlu diberikan.
3)      Posisi pasien:
a)      Erect di antara meja pemeriksaan yang diposisikan vertikal dengan layar fluoroscopy.
b)      Berikan bahan kontras, instruksikan untuk menelan beberapa teguk. Proses ini diikuti dengan fluoroscopy.
4)      Bila pasien tidak memungkinkan untuk diposisikan erect, pemeriksaan dapat dilakukan dengan posisi recumbent.
5)      Posisi memungkinkan:
a)      Pengisian lumen oesofagus lebih sempurna, terutama bagian proximal.
b)      Posisi ini diperlukan pada klinis Varises Oesofagus.
e.      Pengambilan Gambar Radiografi
Dilakukan secara penuh atau spot foto pada daerah-daerah yang dicurigai ada kelainan (misalnya lesi), dengan posisi-posisi:
1)      AP/PA
2)      Oblique (biasanya RAO)
3)      Lateral
Bila pemeriksaan dilakukan dengan kontras ganda, prosedur sama dengan di atas. Tetapi pada larutan BaSO₄ dimasukkan kristal-kristal CO₂ atau dapat juga ditelan sebelum minum media kontras positif (+).
a)      Posisi AP/PA
·         Pasien diposisikan supine/prone di atas meja pemeriksaan dengan kedua lengan lurus di samping tubuh.
·         MSL sejajar dengan garis tengah meja pemeriksaan.
·         CR vertikal tegak lurus kaset dengan CP berada pada MSL setinggi Columna Vertebrae Thoracal 5-6.
b)      Posisi Oblique
·         Pasien diposisikan RAO/LPO 35°-45°.
·         CR vertikal tegak lurus kaset dengan CP berada pada garis 5 cm dari dan sejajar MSL setinggi Columna Vertebrae Thoracal 5-6.
c)      Posisi Lateral
·         Pasien diposisikan true lateral dengan kedua lengan di atas kepala atau ke belakang.
·         MCL sejajar dengan garis pertengahan kaset.
·         CR vertikal tegak lurus kaset dengan CP berada pada MCL setinggi Columna Vertebrae Thoracal 5-6.
f.        Hasil Gambaran Radiografi

g.      Kriteria Gambaran
1)      Gambaran umum: tampak gambaran oesofagus terisi BaSO meliputi bagian proximal sampai ke distal.
2)      Posisi AP/PA: oesofagus terisi BaSO superposisi dengan Columna Vertebrae Thoracal.
3)      Posisi Oblique: oesofagus tergambar di antara Columna Vertebrae Thoracal dengan jantung.
4)      Posisi Lateral: bagian proximal oesofagus tidak superposisi dengan gambaran lengan.
2.      Pemeriksaan Oesofagus Maag-Duodenum (OMD)
a.      Pengertian
Pemeriksaan OMD adalah teknik pemeriksaan secara radiologi saluran pencernaan atas dari organ oesofagus maag duodenum menggunakan media kontras barium swallow dan barium meal, kemudian diamati dengan fluoroscopy.
b.      Tujuan Pemeriksaan
Untuk melihat kelainan-kelainan pada organ oesofagus, maag, dan duodenum.
c.       Indikasi Pemeriksaan
1)      Ulcus Pepticum: peradangan dari dinding mucosa, biasanya terjadi pada curvatura major.
2)      Diverticula: penonjolan keluar dari maag yang membentuk kantung (banyak terjadi pada fundus).
3)      Hematemesis: pendarahan.
4)      Ulcers: erosi dari mucosa dinding lambung (karena cairan gaster, diet, rokok, bakteri)
5)      Gastritis: peradangan yang terjadi pada gaster (baik akut maupun kronik).
6)      Tumor: biasanya terjadi pada gaster atau duodenum.
7)      Carsinoma: tumor, benjolan yang merupakan pertumbuhan jaringan.
8)      Hernia hiatal: sebagian lambung tertarik ke atas diafragma karena oesofagus yang pendek.
9)      Stenosis pylorus: penutupan atau penyempitan dari lumen pylorus.
d.      Kontra Indikasi
1)      Obstruksi usus besar.
2)      Persangkaan perforasi tidak boleh menggunakan BaSO tetapi menggunakan water soluble kontras (urografin, iopamiro).
e.      Persiapan Pasien
1)      Pasien diberi penjelasan tentang pemeriksaan yang akan dilakukan.
2)      Sehari sebelum pemeriksaan pasien diet rendah serat untuk mencegah pembentukan gas akibat fermentasi.
3)      Lambung harus dalam keadaan kosong. Untuk memastikan hal tersebut pasien puasa 8-9 jam sebelum pemeriksaan.
4)      Pasien tidak diperbolehkan mengkonsumsi obat-obatan yang mengandung substansi radioopaque seperti steroid, pil kontrasepsi, dll.
5)      Sebaiknya colon bebas dari fecal material dan udara, bila perlu diberikan zat laxative.
6)      Tidak boleh merokok.
7)      Pasien diminta mengisi Inform Concent.
f.        Persiapan Alat
1)      Pesawat sinar-x + fluoroscopy
2)      Baju pasien
3)      Gonad shield
4)      Kaset dan film ukuran 30 x 40 cm
5)      Bengkok
6)      Marker R/L
7)      Tissue
8)      Obat emergency: dexametason, delladryl, dll
9)      Air masak sendok/sedotan dan gelas
g.      Persiapan Bahan
1)      Media kontras positif (+): BaSO (1:4)
2)      Media kontras negatif (-): Natrium Bicarbonat + Asam Sitrun misalnya Ez gas.
h.      Tata Laksana Pemeriksaan
1)      Pemeriksaan dengan Kontras Tunggal
a)      Pasien pada posisi erect, diinstruksikan menelan 2-3 teguk BaSO.
b)      Dengan kontrol fluoroscopy, diamati bentuk, ukuran, dan posisi dari gaster.
c)      Media kontras biasanya akan mengisi duodenum, bila ada jeda waktu dimungkinkan lambung pasien spasme.
d)      Foto-foto radiografi segera dibuat, sebelum media kontras masuk ke Jejunum.
2)      Pemeriksaan dengan Kontras Ganda
Teknik ini memiliki keuntungan dalam menegakkan diagnosa karena lesi yang kecil dan dinding mucosa lambung dapt lebih jelas
i.        Proyeksi-Proyeksi Radiografi
1)      Proyeksi PA
a)      Pasien prone di atas meja pemeriksaan dengan posisi kepala rileks.
b)      MSL kira-kira 7 cm di sebelah kanan garis tengah meja pemeriksaan.
c)      CR vertikal tegak lurus kaset dengan CP setinggi Pylorus, kira-kira setinggi pertengahan Processus Xypoideus dengan Umbilicus.
d)      Bila pasien erect, CP kira-kira 3 inci di bawah titik tersebut.
e)      Kriteria Gambar:
-          Diafragma harus tergambar untuk memperlihatkan BaSO di dalam oesofagus bagian distal.
-          Seluruh gambaran gaster dan duodenum harus tercakup.
-          Tidak terjadi rotasi tubuh.
2)      Proyeksi RAO
a)      Pasien diposisikan RAO, dengan sisi kiri oblique 40°-70°.
b)      Sisi kiri tubuh diganjal oleh spons.
c)      Lengan kiri diangkat dan diletakkan di bagian kepala, lengan kanan lurus di samping tubuh, lutut kiri sedikit fleksi.
d)      MSL berada kira-kira 7 cm di sebelah kanan garis tengah meja pemeriksaan.
e)      CR vertikal tegak lurus terhadap kaset dengan CP berada pada Pylorus.
f)       Kriteria Gambar:
-          Oesofagus distal dan fundus harus tergambar.
-          Antrum Pyloricum, Bulbus Duodeni terisi oleh BaSO.
-          Duodenal Loop (lengkungan Duodenal) harus saat posisi terbuka.
3)      Proyeksi Lateral
a)      Pasien diposisikan lateral recumbent pada sisi kanan tubuh.
b)      Pertengahan antara Mid Axillary Line dan tepi anterior Abdomen diletakkan pada garis tengah meja pemeriksaan.
c)      Kedua lutut fleksi dan superposisi.
d)      Lengan fleksi pada siku dan diletakkan di atas kepala.
e)      CR vertikal tegak lurus terhadap kaset dengan CP berada pada Pylorus.
f)       Kriteria Gambar:
-          Seluruh lambung tergambar.
-          Antrum Pyloricum dan Bulbus Duodeni terisi BaSO.
4)      Proyeksi LPO
a)      Pasien diposisikan semisupine dengan sisi kanan diangkat kira-kira 20° dan diganjal spons.
b)      MSL ditempatkan pada garis tengah meja pemeriksaan.
c)      Lengan kiri lurus, lengan kanan di depan dada.
d)      CR vertikal tegak lurus terhadap kaset dengan CP pada crista illiaca.
e)      Kriteria Gambar:
-          Gambar harus mencakup seluruh gaster, oesofagus bagian distal, Duodenal Loop.
-          Fundus terisi BaSO, sedangkan bagian Antrum Pyloricum dan Bulbus Duodeni terisi media kontras negatif (-).
5)      Proyeksi AP
a)      Pasien diposisikan supine di atas meja pemeriksaan.
b)      Pertengahan antara MSL dengan sisi kiri tubuh berada pada garis tengah meja pemeriksaan.
c)      CR vertikal tegak lurus kaset dengan CP pada Pylorus.
d)      Kriteria Gambar:
-          Seluruh gaster dan Duodenal Loop terlihat.
-          Tampak gambaran kontras ganda pada Pylorus dan Bulbus Duodeni.
3.      Pemeriksaan Follow Through
a.      Pengertian
Pemeriksaan Follow Through adalah pemeriksaan secara radiografi dari usus halus.
b.      Tujuan Pemeriksaan
Untuk mendapatkan gambaran radiografi dari usus halus yang terisi media kontras positif (+).
c.       Media Kontras dan Cara Pemasukannya
1)      Per oral: melalui mulut
2)      Per anal: Complete Reflux Filling
3)      Enteroclysis: pemasukan langsung ke dalam usus halus dengan menggunakan Intestinal Tube yang dimasukkan melalui mulut.
4)      Intubasi: pemasukan langsung ke dalam usus halus dengan menggunakan Intestinal Tube yang dimasukkan melalui hidung.
d.      Persiapan Pasien
1)      Sama dengan persiapan untuk pemeriksaan radiografi Abdomen dengan persiapan.
2)      Untuk metode per anal sebaiknya diklisma (dimasukkan cairan ke anal agar merangsang pembersihan colon dari kotoran.
3)      Premedikasi:
a)      Untuk metode per oral diberikan Maxalon untuk mempercepat gerak peristaltik.
b)      Untuk metode Enteroclysis: Glucagon/Buscopan/Diazepam.
c)      Untuk metode per anal diberikan glucagon.
e.      Prosedur Pemeriksaan
1)      Metode Oral
a)      Dibuat foto pendahuluan Abdomen posisi AP.
b)      Pasien minum BaSO kira-kira 400 mL.
c)      Pasien diposisikan supine, foto-foto radiografi dibuat dengan interval waktu 15 menit dengan dikontrol fluoroscopy sebelum pembuatan foto.
d)      Interval waktu:
-          Foto pertama: 15 menit setelah minum media kontras.
-          Foto kedua: 30 menit setelah minum media kontras.
-          Selanjutnya setiap 15 menit berikutnya.
-          Foto terakhir, biasanya pada menit ke-60 setelah minum media kontras/bila media kontras sudah mencapai illeocaecal.
e)      Kriteria Gambar:
-          Seluruh usus halus harus tercakup dalam radiograf.
-          Gambaran lambung sebaiknya terlihat.
-          Marker waktu harus tampak.
-          Columna vertebralis tergambar pada garis tengah film.
-          Foto terakhir harus tampak caecum.
2)      Metode Complete Reflux Filling
a)      Masukkan media kontras sebanyak 4500 mL melalui anal dengan menggunakan irigator set/enema bag serta dikontrol fluoroscopy.
b)      Bila media kontras telah mencapai Bulbus Duodeni, tabung irigator/enema bag direndahkan untuk mengososngkan colon.
c)      Dibuat foto usus halus sesuai keperluan diagnosa, biasanya dengan posisi pasien supine.
3)      Metode Enteroclysis
a)      Persiapan pasien sama seperti untuk metode Complete Reflux Filling.
b)      Masukkan Bilbao/Selling Tube dengan guide wire melalui mulut sampai mencapai duodenum.
c)      Suntikkan media kontras melalui tabung tersebut dengan kecepatan 100 mL/menit.
d)      Dibuat spot foto untuk bagian-bagian penting yang dicurigai adanya kelainan.
e)      Dapat juga dimasukkan udara setelah media kontras mencapai Caecum.
4)      Metode Intubasi
a)      Metode pemasukan bahan kontras secara langsung ke dalam usus halus dengan menggunakan Miller Abbot Tube yang dimasukkan melalui hidung.
b)      Prosedur pemasukan bahan kontras dan pengambilan foto sama dengan metode Enteroclysis.
4.      Pemeriksaan Colon In Loop
a.      Pengertian
Pemeriksaan Colon In Loop adalah pemeriksaan radiografi dari usus besar dengan menggunakan media kontras yang dimasukkan per anal.
b.      Tujuan Pemeriksaan
Untuk menggambarkan usus besar yang berisi media kontras sehingga dapat memperlihatkan anatomi dan kelainan-kelainan yang terjadi baik pada mucosanya maupun yang tedapat pada lumen usus.
c.       Indikasi Pemeriksaan
1)      Colitis: peradangan pada mucosa colon.
2)      Polip, lesi, tumor, carsinoma
3)      Diverticulitis
4)      Megacolon
5)      Invaginasi: masuknya lumen usus bagian proximal ke dalam usus bagian distal yang diameternya lebih besar.
d.      Metode Pemeriksaan
1)      Metode kontras tunggal
2)      Metode kontas ganda
a)      Metode satu tahap: pemasukan media kontras negatif (-) dilakukan setelah pemasukan media kontras positif (+) tanpa evakuasi terlebih dahulu.
b)      Metode dua tahap: pemasukan media kontras negatif (-) dilakukan setelah pemasukan media kontras positif (+) setelah evakuasi terlebih dahulu.
e.      Persiapan Pasien
1)      2 hari sebelum pemeriksaan pasien makan makanan lunak.
2)      Makan terakhir jam 19.00 malam sebelum pemeriksaan.
3)      Minum obat pencahar pada jam 20.00.
4)      Boleh minum sampai jam 23.00, tidak merokok, puasa sampai dilakukan pemeriksaan.
5)      Premedikasi: Buscopan atau Glucagon.
f.        Persiapan Alat dan Bahan
1)      Pesawat sinar-x dengan fluoroscopy.
2)      Irigator set atau disposable soft-plastic enema tips dan enema bags.
3)      Receiver
4)      Vaselin sebagai pelumas
5)      Rectal canule/tube
6)      Handscoen
7)      Laken/kain penutup meja pemeriksaan
g.      Prosedur Pemeriksaan
1)      Metode Kontras Tunggal
a)      Pasien diposisikan supine di atas meja pemeriksaan, dibuat foto pendahuluan.
b)      Kemudian miring ke arah kiri, sehingga bagian tubuh kanan terangkat dengan kemiringan 35°-40°, lutut kanan fleksi dan diletakkan di depan lutut kiri yang diatur sedikit fleksi.
c)      Irigator dipasang dengan tinggi kira-kira 24 inci di atas ketinggian anus, volume BaSO kira-kira 2000 mL.
d)      Rectal tube dioleskan vaselin, dimasukkan melalui anal ke dalam rectum.
e)      Klem irigator dibuka, barium akan mengalir masuk ke dalam rectum.
f)       Dengan dikontrol fluoroscopy, dibuat spot view untuk daerah yang dicurigai ada kelainan.
g)      Bila pengisian BaSO telah mencapai illeocaecal, klem ditutup kembali, dibuat foto full filling dari colon.
h)      Pasien disuruh evakuasi di kamar kecil atau bila menggunakan irigator set disposable, bags direndahkan sehingga barium akan keluar dan ditampung dengan receiver.
i)        Setelah evakuasi, dibuat foto post evakuasi.
j)        Posisi-posisi yang dibuat:
-          Posisi AP/PA
·         Pasien diposisikan supine/prone di atas meja pemeriksaan.
·         CR vertikal tegak lurus kaset dengan CP berada pada MSL setinggi Crista Illiaca.
·         Kriteria Gambar:
Ø  Seluruh usus besar tergambar termasuk flexura.
Ø  Columna vertebralis pada pertengahan film.
-          Posisi LAO
·         Pasien diposisikan LAO 45° di atas meja pemeriksaan.
·         CR vertikal tegak lurus terhadap kaset dengan CP berada pada kira-kira 2 inci ke arah kanan dari MSL setinggi Crista Illiaca.
·         Kriteria Gambar: tampak gambaran flexura lienalis dan colon descendens.
-          Posisi RAO
·         Pasien diposisikan RAO 35°-45° di atas meja pemeriksaan.
·         CR vertikal tegak lurus terhadap kaset dengan CP berada pada kira-kira 2 inci ke arah kiri dari MSL setinggi Crista Illiaca.
·         Kriteria Gambar: tampak gambaran flexura hepatica, colon ascendens, caecum, colon sygmoid.
-          Posisi PA Axial
·         Pasien diposisikan prone di atas meja pemeriksaan.
·         CR 30°-45° caudally dengan CP pada MSL setinggi SIAS.
·         Menggunakan film ukuran 24 x 30 cm.
·         Kriteria Gambar: tampak daerah rectosygmoid dengan superposisi yang lebih kecil dibandingkan gambaran posisi PA.
-          Posisi AP Axial
·         Posisi pasien supine di atas meja pemeriksaan.
·         CR 30°-40° cranially dengan CP pada tepi bawah symphisis pubis.
·         Menggunakan film ukuran 24 x 30 cm.
·         Kriteria Gambar: tampak gambaran daerah rectosygmoid dengan superposisi leebih kecil dibandingkan dengan posisi AP.
-          Posisi Lateral
·         Pasien diposisikan laretal recumbent pada sisi kiri atau kanan di atas meja pemeriksaan.
·         CR vertikal tegak lurus kaset dengan CP pada Mid Axillary Plane 5-7 cm di atas symphisis pubis.
·         Menggunakan film ukuran 24 x 30 cm.
·         Kriteria Gambar: tampak rectum pada pertengahan kaset dan kedua femur superposisi.
2)      Metode Kontras Ganda
a)      Metode Satu Tahap
-          Dibuat foto pendahuluan Abdomen posisi AP.
-          Prosedur pemasukan media kontras positif (+) sama dengan metode kontras tunggal.
-          Klem selang irigator dibuka, media kontras positif (+) akan mengalir, kira-kira 300-350 mL masuk ke dalam rectum dikontrol dengan fluoroscopy.
-          Bila media kontras positif (+) telah mencapai colon transversum, klem ditutup , meja pemeriksaan diposisikan horizontal, lalu pompakan udara dengan menggunakan Regular Sphygmomanometer Bulb dengan memposisikan pasien lateral kiri, LAO, prone, RAO, lateral kanan, RPO, dan supine, masing-masing 7 pompaan.
-          Foto-foto dibuat dengan posisi AP/PA, LAO, RAO, AP/PA axial, lateral.
b)      Metode Dua Tahap
-          Prosedur awal pemasukan media kontras positif (+) dan pengambilan foto sama dengan metode satu tahap.
-          Bila media kontras telah mencapai illeocaecal, klem selang irigator ditutup, kemudian dibuat foto “full filling” dengan posisi pasien supine.
-          Kemudian pasien evakuasi ke kamar kecil atau enema bag direndahkan posisinya sampai lebih rendah dari meja pemeriksaan, media kontras dari dalam colon akan mengalir kembali ke dalam enema bag.
-          Setelah colon kosong, pompakan udara melalui anus, sampai terjadi distensi usus.
-          Dibuat foto evakuasi dengan posisi pasien supine.
5.      Pemeriksaan Appendicografi
a.      Pengertian
Pemeriksaan Appendicografi adalah pemerikasaan radiografi dari appendiks vermiformis dengan pemasukan media kontras positif (+) melalui mulut.
b.      Tujuan Pemeriksaan
Untuk memperlihatkan atau menilai kelainan-kelainan yang terjadi pada appendiks vermiformis melalui pengisian media kontras ke dalam lumen appendiks.
c.       Indikasi Pemeriksaan
1)      Appendiksitis
d.      Persiapan Pasien
1)      Makan makanan yang mempunyai konsistensi lunak, rendah serat, dan rendah lemak.
2)      Minum lebih banyak.
3)      Diberikan obat pencahar.
e.      Tahapan Pemeriksaan
1)      Pembuatan foto pendahuluan Abdomen AP supine.
2)      Kemudian pasien diberikan media kontras dengan meminum BaSO dengan viskositas 1:2.
3)      Pembuatan foto setelah meminum media kontras:
a)      Waktu pengambilan foto bervariasi menurut kebiasaan di rumah sakit, misal 8 jam, 12 jam atau 14 jam, setelah minum media kontras. 
b)     Posisi oblique dengan pasien supine dan prone.

No comments:

Post a Comment